Harga Pertamina Melonjak, Pola Konsumsi Masyarakat Berubah?

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM ditengah perekonomian yang belum stabil menjadi sorotan tajam oleh masyarakat. Subsidi yang selama ini dikucurkan untuk menopang BBM dialihkan menjadi bantuan langsung tunai. Tujuannya agar tepat sasaran dan target BLT BBM bisa disalurkan 90% pada keluarga. 

Melansir laman KOMPAS TV– penghematan saat ini tentu dipicu oleh kenaikan harga BBM pada bulan September kemarin yang mana harga bahan bakar pertalite yang semula dari Rp.7.650 menjadi Rp.10.000 per liter. Dari sini sangat terasa bahwa penghematan yang dilakukan masyarakat terpaksa karena ada salah satu variabel penentu yaitu harga bahan bakar yang mana mempunyai efek domino kepada bahan trasportasi, dan berdampak pada kenaikan biaya makan sehari-hari. Oleh karena itu, masyarakat atau individu yang bersangkutan memang harus mengatasi problem (permasalahan) naiknya harga BBM dengan melakukan penghematan dan memaksimalkan potensi dirinya untuk menambah penghasilan. Hasilnya 64, 7% responden di perkotaan menyatakan akan semakin berhemat pasca kenaikan harga BBM, sedangkan di perdesaan 52,2% responden memilih untuk berhemat. 

Pada tahun 2020 Indonesia pernah mengalami resesi selama tiga kuartal berturut-turut salah satunya saat masa pandemi. Seperti kita ketahui ada beberapa dampak pandemi seperti masyarakat tidak bekerja pada waktu itu, adanya penerapan sistem one way, diberlakukannya stop mobilitas, baik ekonomi ataupun sosial.  Kutipan dari Bapak Raden Pardede selaku staf khusus menko bidang perekonomian mengatakan bahwa “Dampak dari masa pandemi tepatnya dimulai tahun 2020 itu jauh lebih berat dibandingkan dengan naiknya harga BBM karena tiga bulan ke depannya akan mulai normal kembali”. 

Kondisi masyarakat sekarang masih belum opsional. Untuk itu pemerintah harus menyetel kembali bantuan sosial subsidi yang diberikan kepada masyarakat. Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak juga bagi pekerja lapangan yang setiap hari bekerja menggunakan kendaraan selama jam kerja. Para pekerja swasta terpaksa mengurangi aktivitas menggunakan kendaraan di luar jam kerja.

Pemerintah resmi menaikkan harga BBM subsidi yakni pertalite, solar, dan pertamax. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan dari masyarakat mengenai kenaikan harga BBM di tengah penurunan harga minyak dunia. “ Penurunan harga minyak dalam sebulan ini terus melakukan perhitungan dengan harga minyak ICP yang turun ke 90 Dolar adapun rata-rata 1 tahun ICP itu masih sekitar 98,8 atau hamper 99 Dolar, adapun nantinya harga minyak turun sampai di bawah 90, maka keseluruhan tahun rata-rata ICP Indonesia masih 97 Dolar”. Menurutnya harga ICP akan terus dipantau terutama terkait perkembangan geo-politik dan suasana dari proyeksi ekonomi dunia. Sementara itu, harga baru yang ditetapkan pemerintah yakni pertalite dari Rp.7.650 menjadi Rp.10. 000 per liter, untuk solar dari Rp.5. 150 menjadi Rp.6.800 per liter, dan untuk Pertamax dari Rp. 12.500 menjadi Rp. 14. 500 per liter. Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi seiring membengkaknya nilai subsidi yang mencapai 502,4 Triliun. Angka 502, 4 Triliun dihitung berdasarkan rata-rata dari ICP yang bisa mencapai 105 Dolar per Barel dengan kurs 14,700 Rupiah per Dolar Amerika dan volume dari pertalite yang diperkirakan akan mencapai 29 juta kilo liter sedangkan volume dari solar bersubsidi adalah 17,44 kilo liter. 


Sumber : https://youtu.be/2nFjSq1SNrk 

Penulis : Laelatul Badriyah (Kader forshei 2021)