AMERIKA SERIKAT TERANCAM GAGAL BAYAR UTANG, DAMPAK APA YANG AKAN MENGHAMPIRI PEREKONOMIAN INDONESIA?

 


Baru-baru ini tersiar kabar bahwa Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar utangnya di Indonesia. Dikutip dari Kompas.id Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan, bahwa Pemerintah AS berpotensi gagal membayar (default) utangnya pada 1 Juni 2023. Hal ini tidak hanya berdampak pada dasar domestik AS, tetapi juga pada skala dunia yang di antaranya berisiko memicu krisis keuangan global. Indonesia dinilai perlu waspada pada momen ini meskipun tingkat ketergantungan terhadap AS tidak terlalu tinggi sehingga dampak krisis bisa dianggap tidak terlalu signifikan, namun sejumlah langkah antisipasi perlu diambil untuk pencegahan.
Tercermin dari data perdagangan per Januari-Maret 2023 bahwa ekspor non-migas Indonesia ke AS mencakup 9,22% dengan tingkat impor 4,79%. Apabila AS gagal membayar utangnya maka permintaan barang atau jasa dari Indonesia otomatis akan menurun.
Selain perdagangan, potensi gagal bayar utang oleh AS juga dinilai akan berdampak pada penanaman modal di dalam negeri serta kebijakan moneter dan fiskal Indonesia. Tingkat penanaman modal asing (PMA) dari AS pada 2022 mencapai enam persen. Jumlah ini tidak terlalu signifikan, tetapi mayoritas berada di sektor strategis, seperti energi. Gejolak pada arus modal keluar (capital outflow) dapat berdampak ke kebijakan moneter Indonesia melalui nilai tukar yang berujung memengaruhi suku bunga acuan.
            Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan dampak gagal bayar utang AS terdapat dua hal yaitu :
·       Pertama, jika gagal bayar itu terjadi, aliran modal (outflow) bisa terjadi besar-besaran karena investor kabur dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
·       Kedua, dampaknya akan membuat kebijakan bank-bank sentral negara berkembang makin ketat, termasuk menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga bank sentral tentu akan menekan pelaku usaha. Sebab, tingkat bunga acuan yang tinggal bakal mengganggu kinerja keuangan perusahaan.
Dikutip dari CNNIndonesia Bhima mengatakan, “Untuk mencegah kepanikan di pasar keuangan, bank sentral negara berkembang termasuk Indonesia akan menaikkan suku bunga secara agresif bisa tembus 300-500 basis poin yang berarti banyak perusahaan di berbagai sektor alami tekanan pembayaran utang. Rate of default nya akan naik. Selanjutnya berimbas ke PHK massal.”
Namun terdapat anggapan lain dari pengamat ekonomi sekaligus Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka yaitu Ibrahim Assuabi, beliau mengatakan bahwa rupiah bisa mengambil keuntungan dengan adanya kejadian tersebut. Pelemahan dolar AS bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar beli rupiah. Jika dibandingkan dengan ekonomi AS, Indonesia jauh lebih stabil sehingga hal ini dapat mendukung penguatan rupiah terhadap dollar AS. Menurut tinjauan pasar masih menunggu hasil rapat The Fed pekan depan untuk pergerakan rupiah terhadap dolar AS selanjutnya.
Jatuh tempo utang AS adalah Juni 2023. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pemerintah belum memiliki uang yang cukup untuk membayar utang tersebut sehingga meminta Dewan Perwakilan Rakyat AS menyepakati rencana menaikkan batas utang negara. Namun, perundingan antara Gedung Putih dan DPR mengenai rencana menaikkan batas utang tersebut masih belum menemukan kesepakatan.
Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1720936/potensi-gagal-bayar-utang-as-ekonom-indef-ungkap-penyebab-utama-dan-dampaknya
Sumber Gambar : diedit oleh Sri Puji Raha
yu di canva.com