"KRISIS RUDAL ISRAEL-IRAN: ANCAMAN MENGGUNCANG EKONOMI DUNIA, APA KABAR INDONESIA?"
Ketegangan geopolitik kembali mengguncang dunia dengan konflik memanas antara Israel dan Iran, yang meletus pada Jumat, 13 Juni 2025. Semuanya bermula dari serangan udara Israel yang menggempur fasilitas militer dan nuklir Iran, termasuk situs strategis Natanz, menewaskan lebih dari 200 orang—kebanyakan warga sipil dan pejabat militer. Israel berdalih serangan ini untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, meski Badan Energi Atom Internasional (IAEA) belum menemukan bukti pelanggaran dalam program nuklir sipil Iran. Tidak tinggal diam, Iran membalas keras dengan meluncurkan rudal balistik ke kota-kota besar Israel seperti Tel Aviv dan Haifa. Israel pun tak kalah sengit, membalas dengan serangan udara yang menghantam pusat rudal dan kilang minyak Iran, memicu eskalasi yang mendebarkan.
Gelombang konflik ini langsung mengguncang pasar energi global. Dikutip dari Investing.com bahwasannya pada 13 Juni 2025 mencatat harga minyak mentah melonjak lebih dari 7% dalam sehari, menyentuh USD 84 per barel. Kekhawatiran dunia terfokus pada Selat Hormuz—jalur vital yang mengangkut 30% pasokan minyak global—yang kini terancam terganggu. Pasar keuangan internasional juga kacau balau: indeks saham utama seperti Dow Jones anjlok, sementara harga emas melesat karena investor berbondong-bondong mencari aset aman (safe haven). Dunia seolah menahan napas di tengah ketidakpastian ini.
Indonesia, sebagai negara pengimpor minyak, ikut terseret dalam pusaran krisis ini. Kementerian Keuangan memperingatkan, setiap kenaikan USD 1 per barel minyak bisa membebani APBN hingga Rp3 triliun untuk subsidi energi. Nilai tukar rupiah pun terpuruk, sempat menyentuh Rp16.300 per dolar AS, mencerminkan kegelisahan pasar terhadap gejolak global. Untuk meredam kepanikan, Bank Indonesia bergerak cepat dengan intervensi di pasar valuta asing. Konflik ini menjadi tamparan keras bagi Indonesia, mengingatkan kita pada kerapuhan ekonomi akibat ketergantungan pada impor minyak. Sudah saatnya Indonesia mempercepat diversifikasi energi, memperkuat ketahanan pangan, dan membangun kemandirian fiskal agar tak terus dihantui fluktuasi harga global.
Konflik Israel-Iran, meski berpusat di Timur Tengah, ternyata mampu mengguncang stabilitas dunia. Dari lonjakan harga energi, gangguan perdagangan internasional, hingga pelemahan mata uang negara berkembang seperti Indonesia, dampaknya terasa nyata. Krisis ini bukan sekadar pertempuran dua negara, melainkan pengingat bahwa ketidakstabilan di satu wilayah bisa memicu efek domino yang mengubah nasib ekonomi global—termasuk kita di Indonesia.