Bonus Demografi Diterjang Pandemi, Cita-Cita Indonesia Menjadi Negara Maju Terancam?

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memperkirakan bonus demografi Indonesia habis pada tahun 2038 sedangkan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) mencatat jika bonus demografi habis dan Indonesia tidak bisa mengembangkannya, Indonesia terancam menjadi negara dengan pendapatan menengah (middle income trap). Hal ini menjadikan Indonesia memerlukan pelaku ekonomi baru yang berkontribusi besar agar upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara maju di tahun 2045 dapat tercapai.

Di sisi lain melihat kondisi perekonomian yang diterjang Pandemi, ada beberapa kendala yang dihadapi. Pertama, terbatasnya lapangan pekerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah iklan lowongan pekerjaan turun 66% dari 34.056 pada kuartal I-2020 menjadi 11.427 pada kuartal III-2020. Hal tersebut menggambarkan Pandemi Covid-19 yang kini tengah menjadi penghambat Indonesia untuk menikmati bonus demografi. Hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat, 70,72% dari 270,2 juta penduduk negeri ini berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Persentase itu jauh meningkat dibandingkan pada 1971 yang hanya 53,39%. Bonus demografi tersebut menambah jumlah angkatan kerja di Indonesia. Pada Agustus 2020, jumlah angkatan kerja naik 1,74% secara tahunan (year on year (yoy)). Namun, kondisi ekonomi yang sulit selama pandemi membuat seluruhnya tidak dapat terserap. Sebaliknya, pengangguran justru meningkat. BPS mencatat angka pengangguran meningkat  37,61% (yoy) dan menurunkan jumlah penduduk yang bekerja sebesar 0,24% (yoy). Penduduk usia muda pun menjadi yang paling terdampak. Rasionya, 28,2% dari total pengangguran berusia 20-24 tahun,  16,6% berusia 15-19 tahun, dan 16,2% untuk usia 25-29 tahun. Peningkatan pengangguran didukung oleh fakta banyaknya perusahaan di dalam negeri yang mengurangi pegawai selama pandemi. Hasil survei BPS berjudul Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha Jilid 2 menunjukkan, sebanyak 11,63% perusahaan mengurangi jumlah karyawan yang bekerja.

Kedua, pandemi membuat kualitas angkatan kerja terancam menurun. Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 mencatat, per 27 Januari 2021, mayoritas penduduk yang menderita Covid-19 di dalam negeri berusia 19-59 tahun. Persentase terbanyak di rentang usia 31-45 tahun dengan 30% dari total kasus nasional. Mereka yang menderita Covid-19 berpeluang mengidap Long Covid-19, sebuah sindrom yang menyebabkan penyintas tak bisa pulih sepenuhnya. Riset dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) CDC Amerika Serikat pada Juli 2020 menjelaskan, penderita Long Covid-19 terjadi di semua usia, meskipun usia di atas 50 tahun mendominasi.

Muhammad Lutfi memaparkan bahwa bahwa pemerintah memiliki tiga skenario untuk menjadi negara maju. Skenario tersebut terdiri dari skenario dasar, tinggi, dan sangat tinggi. Pada skenario dasar, pertumbuhan ekonomi harus mampu tumbuh 5,1% per tahun dan pendapatan per kapita mencapai US$ 19.794. Dengan demikian, ekonomi Indonesia diharapkan dapat naik ke peringkat 7 secara global. Pada skenario tinggi, perekonomian ditargetkan tumbuh 5,7% per tahun, dengan pendapatan per kapita US$ 23.199, dan menempatkan ekonomi Indonesia peringkat ke 5 di dunia. Sedangkan pada skenario sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi ditargetkan tumbuh 6,4% per tahun dan pendapatan per kapita US$ 28.934. Indonesia diharapkan menjadi peringkat ke-4 sebagai ekonomi terbesar di dunia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengerahkan upaya dalam meningkatkan Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto. 

Mengingat lebih dari 200 juta penduduk Indonesia yang berada dalam usia produktif semoga dengan berbagai upaya pemerintah dapat memberikan efek sehingga bonus demografi dapat terafiliasi dengan baik.



Sumber Gambar : medcom.id

Penulis : Salsabila Dhiya Alriye