Menurut Kementerian Kesehatan angka
bencana alam baik yang disebabkan oleh alam maupun non alam dan bencana sosial
terjadi sekitar 1.338 bencana. Sedangkan dari korban bencana yang meninggal
menurut perhitungan provinsi dan jenis bencananya pada tahun 2016 terdapat 855
korban jiwa. Sedangkan korban luka beratnya sekitar 3.922 dan luka ringan
sekitar 41.034. Dari data tersebut dapat dipastikan tidak seluruhnya memiliki
jaminan yang pasti dan terjamin. Dan itu sangat memberatkan masyarakat di
kemudian hari.
Pemerintah untuk mengatasi hal tersebut
memiliki banyak solusi. Dalam hal ini lebih difokuskan pada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (sosial) yang mampu menopang kebutuhan yang tak terduga oleh
masyarakat dikemudian hari. Tentu ini sangat membantu.
Asuransi adalah adalah salah satu bentuk
usaha kita untuk menopang atau berjaga-jaga apabila dikemudian hari ada hal
yang tidak diinginkan. Baik itu berbentuk kesehatan, jiwa, atau harta. Dalam
hal ini akan lebih spesifik membahas tentang asuransi jiwa. Dari data yang
diketahui bahwa dari 259 juta jiwa penduduk indonesia, hanya ada 87,19 juta
jiwa pemilik asuransi jiwa ( data asosiasi asuransi jiwa indonesia (AAJI
kwartal -2013)). Menurut survei world bank, hal ini menunjukan data terendah
urusan dalam kualitas literasi finansial. Dibandingkan Malaysia yang
sudah mampu mencapai 45% dari jumlah penduduk apalagi Jepang yang dalam satu
penduduk mmiliki hingga tiga polis. Bhkan Jepang dinobatkan sebagai negara yang
mampu memaksimalkan sistem asuransi dengan sangat baik untuk warganya.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi
ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti program asuransi yang mendasari setiap
individu. Faktor pertama adalah faktor pendidikan. Dapat dilihat sendiri
secara riil, mereka yang memiliki pendidikan tinggi atau cendikiawan pasti
lebih memperhatikan hal seperti ini karena pada dasarnya mereka lebih tahu
dampak yang akan didapat dari program asuransi tersebut. Berbeda dengan mereka
kaum awam akan lebih tidak tertarik terhadap hal seperti ini karena memang
mereka tidak mengetahui secara pasti.
Faktor kedua adalah dari faktor geografis.
faktor ini dapat diketahui dari kurang meratanya perhatian pemerintah terhadap
setiap daerah di Indonesia. Bisa dilihat bahwa mereka yang hidup di
daerah pedesaan lebih sedikit mendapat perhatian dari pemerintah dari segi
apapun. Bahkan informasi pemerintahpun terkadang datang tidak tepat waktu
karna kurang perhatian. Sedangkan mereka yang hidup diperkotaan lebih banyak
mendapat simpati dari pemerintah karena relatif dekat. Ini yang menjadikan
salah satu hal dari sulitnya asuransi bisa diterima oleh masyarakat.
Faktor selanjutnya adalah faktor sosialis.
Dapat dipastikan orang yang sering bargabung atau bersosial dengan masyarakat
akan lebih up to date dengan info terbaru. Dan segala
hal yang tersebar baik dari pemerintah atau komunitas lain. Kekurangan disini
adalah bagi mereka yang sulit untuk bersosialisasi. Mereka yang terlalu
menutup dirinya dari masyarakat sekitar sehingga tidak memiliki pengetahuan
lebih yang menyebabkan cukup sulit untuk diajak bekerja sama.
Faktor yang terakhir adalah faktor
ekonomi. Kebanyakan dari mereka yang tidak ingin bergabung dengan
asuransi salah satu alasannya belum dapat menyisihkan uang untuk hal ini.
Mereka beranggapan hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja belum terpenuhi
apalgi untuk menyisihkan uang untuk asuransi. Berbeda dengan mereka orang kaya
yang dapat menggunakan uangnya dengan mudah tanpa memikirkan efek yang lain.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa
pelitnya partisipasi masyarakat terhadap asuransi Indonesia yang bahkan hal ini
sangat membantu masyarakat Indonesia sendiri. Hambatan-hambatan dari kurang
berkembangnya asuransi di indonesia antara lain: pertama, masyarakat
berfikir bahwa adanya klaim yng tidak dibayarkan. Padahal sebenarnya
seluruh produk asuransi sudah memiliki syarat dan ketentuan mengenai hal-hal
yang akan dibayarkan pada saat klaim. Maka pada saat ini butuhkan ketelitian
dalam membeli produk asuransi, pembeli asuransi harus tahu jelas rincian dari segala
hal yang berkenanaan dengan asurani tersebut.
Kedua, mereka belum merasa membutuhkan
asuransi. padahal mereka sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi diwaktu yang
akan datang, apakah mereka akan mendapat hambatan baik dari kesehatan,
finansial, dan lain sebagainya.
Ketiga, banyak pula yang berpendapat bahwa
menyimpan uang di bank lebih baik daripada berasuransi. Namun sayangnya pada
praktiknya bisa saja uang yang disimpan tidak dapat dipakai pada saat itu juga.
Sedangkan asuransi dengan membayar premi kecil dapat membantu untuk membayar
pengobatan yang tentunya memperingan keuangan bahkan hingga proses kematian.
Dari faktor dan hambatan di atas maka
dikeluarkannya gagasan baru yaitu dengan diadakannya pos asuransi
desa yang diadakan di setiap pedesaan di Indonesia yang belum
termaksimalkan program asuransinya. Ini adalah inovasi baru yang sama
sekali belum di terapkan di Indonesia yang mampu menarik minat masyarakat pada
asuransi. Karna faktanya banyak negara maju yang sudah mampu
mengimplementasikan untuk warganya.
Beberapa tahap-tahap dari pelaksanaan pos
asuransi desa yaitu : yang pertama, analisis situasi praprogram, tahap
awal program dimulai dengan analisis praprogram. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menggali permasalahan di lokasi yang menjadi target intervensi, data
pendukungnya dan bagaimana bentuk partisipasi masyarakatnya.
Kedua, Administrasi perizinan, yaitu pada
tahap ini, dilakukan pengurusan hal-hal administratif atau legitimasi kegiatan
antara masyarakat dengan pihak-pihak yang akan diajak untuk kerjasama. Ketiga,
perekrutan peserta yaitu, perekrutan peserta dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pendekatan dan pembicaraan dengan pihak pemuka masyarakat setempat
sebagai pihak yang mempunyai kuasa atas lokasi yang menjadi sasaran.
Keempat, Launching yaitu tahap pelaksanaan
dimulai dengan launching program atau pembukaan program pengabdian secara
resmi. Muatan program yang paling penting dalam acara pembukaan adalah
memberikan orientasi dan motivasi kepada para peserta tentang pentingnya upaya
pengunaan asuransi. Pada tahap ini dilakukan juga pendataan kembali peserta
yang akan mengikuti program ini. Program tersebut dirasa kurang efektif jika
tidak ada strategi di dalamnya, untuk itu perlu dibuat strategi agar program
dapat berjalan secara terpadu. Strategi yang dimaksud adalah adanya kerjasama
antara kader dengan pihak community leader,community organization,
community fund, community material, community knowledge, community technology yang
dapat terlibat mulai dari awal pembentukan program sampai program ini berakhir;
serta perlu adanya modifikasi kegiatan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
para kader.
Kelima, tahap monitoring yaitu tahap
monitoring ini dapat dilakukan oleh petugas kesehatan maupun pos yang
bertanggung jawab untuk merekap hasil survei dari para kader. Tim monitoring
ini dapat berupa kader PKK di tingkat RW dan dapat pula langsung kepada ketua
RT/RW tergantung kesepakatan warga. keenam Rencana dan Evaluasi yaitu tahap
evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan refleksi terhadap segala tahapan
yang telah dilaksanakan.
Dengan dilakukannya evaluasi, diharapkan
program yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan dapat
berjalan lebih baik di masa depan. Setelah dilaksanakan tahap evaluasi, maka
perlu pula dilakukan perencanaan program yang merupakan perbaikan dari program
sebelumnya.
Mitra Untuk Membantu
Mengimplementasikan Gagasan
Pihak-pihak di masyarakat setempat yang
dipertimbangkan membantu mengimplementasikan gagasan yaitu community
leader (aparat desa, tokoh masyarakat dan pemuka agama), community
organization (kelompok dawis dan PKK), community fund (dana
kesehatan dari PKK), dan community knowledge (petugas
asuransi, petugas kesehatan, dll).
Strategi Pengimplementasian Gagasan
Strategi ini dapat dilakukan dengan
bekerjasama pada salah satu perusahaan asuransi ternama yang membuat masyarakat
lebih tertarik dan mudah memahaminya. Disini lebih dicenderungkan pada BPJS
kesehatan. Karna salah satu usaha BPJS pada pengimplementasian asuransinya
adalah mau bergabung dengan badan apapun (CCN 19/1/17).
Kesimpulan
Dari pentingnya berasuransi yang sudah
dijelaskan karna begitu tingginya faktor korban bencana alam dan kasus penyakit
lainnya. Maka salah satu usaha untuk mengantisipasinya adalah dengan
menggunakan asuransi. Dengan faktor penyebab masyarakat yang sudah dijelaskan
maka dapat diatasi dengan adanya program baru yaitu pos asuransi desa. Yang
dapat dibantu oleh beberapa komunitas yang ada dan pengimplementasian gagasan
yang efektif.
Penulis
(Kader forshei 2017)