Pecahan Rupiah 75 Ribu Terbit, Akankah Beri Dampak Inflasi?


Bank Indonesia telah meluncurkan pecahan uang 75 ribu untuk pertama kalinya sejak 17 Agustus 2020 lalu. Berdasarkan situs resmi BI, dijelaskan penerbitan uang pecahan 75 ribu ini merupakan wujud syukur atas 75 tahun peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelumnya, BI juga telah meluncurkan uang edisi kemerdekaan saat perayaan 25 tahun dan 50 tahun Indonesia.

Dilansir dari kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa uang rupiah tersebut tidak ditujukan untuk peredaran secara bebas di masyarakat. Oleh karena itu, uang ini dicetak terbatas, yaitu 75 juta lembar atau setara dengan 5,62 triliun.

Meskipun terdapat 75 juta uang pecahan baru yang akan beredar, Ekonom menilai peluncuran uang pecahan baru tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap tingkat inflasi. Dilansir dari cnnindonesia.com, Ahmad Susanto selaku Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menyebut setidaknya ada tiga faktor yang membuat uang pecahan 75 ribu ini tak akan memberatkan inflasi RI.

Pertama, penerbitan uang ini bersifat terbatas atau hanya satu edisi dalam 25 tahun. Jika dikalkulasi, uang peringatan yang dikeluarkan sebanyak 75 juta lembar ini setara dengan Rp5,62 triliun saja. Angka ini menurutnya terbilang kecil untuk mampu menggerus tingkat inflasi nasional. Selain itu, untuk mendapatkan uang ini masyarakat harus menukarkan uang dalam jumlah yang sama ke BI. Artinya, keluarnya uang pecahan 75 ribu ini diikuti dengan pengurangan jumlah uang beredar dalam jumlah yang sama akibat masuknya uang pecahan lain ke BI.

Kedua, meskipun uang pecahan 75 ribu sah sebagai alat pembayaran, namun ia menilai motivasi utama sebagian besar masyarakat yaitu untuk koleksi daripada transaksi yang akan menahan uang baru untuk beredar di masyarakat.

Ketiga, pihaknya menilai uang tersebut dikeluarkan di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi covid-19. Dengan rendahnya agregat permintaan saat ini, laju inflasi akan cenderung rendah. Pasalnya, saat pandemi ini, sebagian rumah tangga menengah ke bawah terganggu atau bahkan kehilangan sumber pendapatan mereka. Sedangkan, rumah tangga menengah ke atas masih cenderung menahan konsumsi mereka. Sementara, perusahaan-perusahaan juga masih menahan diri dan fokus pada upaya untuk bertahan hidup ketimbang mengejar investasi baru.

Dilansir dari cnnindonesia.com, Ekonom Senior Universitas Indonesia Ari Kuncoro juga menilai penerbitan uang pecahan baru ini adalah hal biasa bagi arus keluar-masuk BI. Ia mengaku tak khawatir dengan dampak penerbitan uang Rp75 ribu terhadap inflasi. Tingkat inflasi saat ini juga tercatat rendah, secara tahun berjalan (year to date) inflasi sebesar 0,98 persen. Sedangkan secara tahunan (year on year) inflasi mencapai 1,54 persen pada Juli 2020.

Pendapat lainnya datang dari Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi. Meskipun dicetak dalam jumlah banyak hingga Rp5,62 triliun, tambahan uang tersebut tidak berdampak signifikan pada likuiditas perekonomian atau uang beredar yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi. Pasalnya, jika dibandingkan dengan jumlah uang beredar, persentasenya tidak sampai mencapai 1 persen.

Sumber gambar : finance.detik.com

Penulis
 
Salsabila Dhiya Alriye
 (Kader forshei 2019)