Siap Pegang Kendali G20 Kemenkeu Luncurkan SR012, Mengapa?

Pemerintah Indonesia bersiap menjadi tuan rumah KTT G20 pada 2022 mendatang. Tongkat estafet Presidensi G20 akan diserahkan secara resmi oleh Perdana Menteri Italia kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Roma, Italia, tanggal 30-31 Oktober 2021.

Dengan adanya keputusan tersebut, diprediksi akan banyak mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. Seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dalam setkab.go.id, bahwa dengan adanya G20 akan memberikan tiga manfaat besar yang bisa diperoleh Indonesia, baik dari segi ekonomi, pembangunan sosial, maupun manfaat dari segi politik. Sehingga ini dapat dijadikan peluang besar bagi para menteri untuk saling adu strategi dengan tujuan penyelamatan Indonesia dari krisis ekonomi akibat pandemi. Tak terkecuali Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Seperti yang dilansir dari tempo.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan akan memimpin agenda G20 untuk jalur keuangan atau finance track bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Adapun pembahasan sektor keuangan itu meliputi desain kebijakan untuk pemulihan ekonomi, efek pascapandemi, mata uang digital bank sentral, dan dukungan pembiayaan berkelanjutan. Kemudian, pembahasan tersebut juga akan meliputi sistem pembayaran lintas batas negara, inklusi keuangan sektor digital dan UMKM, serta kesepakatan perpajakan internasional.

Salah satu pelaksanaan strategi pemulihan ekonomi pascapandemi ialah dengan meluncurkan Sukuk Ritel seri SR012 pada Maret 2020. Sesuai yang dilansir dari bisnis.com, Sukuk Ritel seri SR012 merupakan salah satu jenis Surat Berharga Syariah Negara Ritel (SBSN Ritel) yang merupakan tabungan investasi yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Mitra Distribusi di Pasar Perdana domestik yang dapat diperjual-belikan di pasar sekunder. SR012 memiliki tenor tiga tahun dengan kupon tetap sebesar 6,3 persen per tahun. SR012 bersifat treadable atau dapat diperdagangkan di pasar sekunder. SR012 dapat dibeli mulai dari Rp 1 juta hingga maksimal Rp 3 miliar. SR012 memiliki underlying asset berupa Barang Milik Negara (BMN) dan Proyek APBN 2020/2021.

SR012 disini dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi) gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Penerbitan SR012 menggunakan struktur akad Ijarah-Asset to be Leased. Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk kegiatan investasi berupa pembelian hak manfaat Barang Milik Negara untuk disewakan kepada pemerintah serta pengadaan proyek untuk disewakan kepada pemerintah. Imbalan berasal dari keuntungan hasil kegiatan investasi tersebut. Sehingga, SR012 diprediksi akan sangat aman bagi para investor yang sangat menghindari obligasi konvensional.

Peluncuran SR012 digadang-gadang menjadi salah satu agenda besar dalam kebijakan untuk pemulihan ekonomi. Pasalnya, penerbitan obligasi ritel di Indonesia dijamin oleh Undang-Undang, sehingga gagal bayarnya pun minim. Hal ini membuat para investor ritel mengalihkan asetnya ke obligasi dari aset lain yang tingkat risikonya tinggi seperti pasar saham. Sehingga, SR012 diharapkan mampu mengangkat perekonomian Indonesia pascapandemi dengan menarik minat para investor, terutama investor obligasi syariah.

Sesuai yang diberitakan pada bareksa.com, sejak pemerintah merilis SR012 pada bulan Maret 2020. Dengan imbal hasil 6,30 persen per tahun, penjualan SR012 mencapai Rp 12,14 triliun atau berhasil melewati target yang dipatok pemerintah Rp 8 triliun.

Seiring dengan penurunan suku bunga yang terus terjadi pada periode Maret – Agustus 2020, harga SR012 juga ikut menguat terdorong oleh katalis positif tersebut. Sebagai informasi, suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7-day reverse repo rate (BI 7DRRR) sudah turun menjadi 4 persen per Agustus 2020 dibandingkan 4,75 persen pada awal Februari 2020 ketika kupon SR012 diumumkan.

Per 8 September 2020, harga SR012 diperdagangkan di level 102,75 persen, yang berarti jika investor membeli SR012 pada masa penawaran sebesar Rp 100 juta, maka SR012 bisa dijual di harga Rp 102.750.000 di pasar sekunder. Bahkan sebelumnya, harga SR012 sempat menyentuh level tertinggi di 104,4 persen.

Jika dilihat mengenai kenaikan harga yang terjadi pada SR012 saat ini, tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pada pergerakan harga sukuk ritel seri selanjutnya. Hal itu bisa saja terjadi, sebab potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia lebih lanjut juga cukup mendorong tingginya minat terhadap sukuk ritel selanjutnya.

Apabila, SR012 terus mengalami kenaikan serta dapat memberikan dampak kelonjakan peminat pada sukuk ritel seri selanjutnya dapat dipastikan bahwa proses pemulihan ekonomi pascapandemi akan sedikit lebih mudah. Oleh karena itu, dengan Indonesia menjadi tuan rumah G20 pada Oktober 2021, merupakan kesempatan emas untuk memperkenalkan SR012 dan sukuk ritel seri selanjutnya pada para investor. Karena, untuk mencapai ketahanan ekonomi nasional diperlukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat, salah satu cara untuk mencapai APBN yang sehat yaitu dengan meningkatkan pembelian sukuk ritel.


Sumber gambar: politik.rmol.id

Penulis: Anggi Nofita Sari