Digitalisasi ekonomi merupakan suatu aktivitas ekonomi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjadi terobosan yang baik karena dapat menghindari kasus pencurian dan pencopetan dengan transaksi cashless. Selain itu, setiap proses transaksi akan berjalan lebih lancar, cepat dan aman. Ekonomi digital mampu membuat perubahan pada kegiatan ekonomi masyarakat dan bisnis, dari yang awalnya manual menjadi serba otomatis. Sehingga, setiap kegiatan bisnis bisa dilakukan dengan mudah dan juga cepat.
Ekonomi digital menjadi salah satu isu yang akan dibawa dalam pertemuan G20 Presidensi Indonesia 2022. Sebelum dilakukannya pertemuan antar kepala negara, isu tentang ekonomi digital akan dibahas dalam level kelompok kerja atau Digital Economy Working Group (DEWG). DEWG ini merupakan inisiatif Indonesia yang memang menganggap ekonomi digital sebagai salah satu isu penting untuk dibahas dalam pertemuan G20 nanti.
Dedy Permadi sebagai Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan bahwa sejak 2019 Indonesia adalah negara yang memperjuangkan isu digital dari gugus tugas menjadi kelompok kerja, dari task force menjadi working group. Pada 2020 konsep ini diperjuangkan kembali dan disepakati kenaikan kelasnya. Jadi,Indonesia merupakan negara pertama yang memimpin kelompok kerja ekonomi digital. Dalam pertemuan G20 Presidensi Indonesia 2022 ini akan mengusung tiga tema konkret yang bakal dibahas. Ketiga tema tersebut, diantaranya:
1. Konektivitas dan Pemulihan Pasca-Pandemi Covid 19
Tema pertama soal ekonomi digital merupakan konektivitas dan pemulihan pasca-pandemi COVID-19. Selain koneksi internet antardaerah, perluasan konektivitas juga ditujukan antar manusia sehingga tidak hanya teknologinya, tapi manusianya juga. Hal itu disebabkan pengguna internet di Indonesia saat ini sudah 202,6 juta orang lebih atau 73,7 persen dari total populasi keseluruhan. Dedy selaku Juru Bicara Kominfo mengatakan bahwa banyak kelesuan yang terjadi saat Covid-19, namun ketika para UMKM pindah ke ruang digital, bisnisnya akan naik dan bertahan.Terlebih selama pandemi Covid-19, Dedy juga menyebutkan kalau sektor informasi dan komunikasi menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dalam tiga kuartal berturut-turut dengan pertumbuhan 10 persen.
2. Kecakapan dan Literasi Digital
Tema kedua yang diusung dalam DEWG adalah mengenai kecakapan dan literasi digital masyarakat. Dalam pembicaraannya, Dedy menjelaskan kecakapan dan literasi digital masyarakat Indonesia tidak diimbangi dengan besarnya jumlah pengguna internet. Rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan internet selama 8 jam 52 menit setiap harinya dan menggunakannya untuk dua hal, yakni media sosial dan hiburan digital. Dengan adanya kecakapan digital, akan mendorong pengguna internet terlebih pemuda pemudi di Indonesia untuk belajar analisis big data, kecerdasan buatan, machine learning, internet of things, cyber security, dan lainnya.
3. Cross border data flow
Pembahasan tema yang ketiga adalah Cross borderdata flow atau pertukaran data antarnegara. Pada 2025 mendatang diperkirakan data yang beredar di dunia mencapai 453 miliar gigabyte (GB) per hari. Hal itu kemudian memicu pentingnya pengelolaan data di ruang digital dan kesepakatan dengan negara-negara lain terutama G20 untuk melindungi data tersebut.
Tiga tema yang berkaitan dengan digital ini merupakan isu yang sangat penting di masyarakat. Isu digital yang dibahas mencakup konektivitas dan pemulihan pasca-pandemi, literasi digital dan talenta digital, serta tata kelola data lintas negara. Diharapkan tema ini nantinya bisa menghasilkan output yang baik untuk masyarakat Indonesia. Kebijakan pemerintah melalui Kemenkominfo dengan menetapkan tema ekonomi digital ini memberikan peluang dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Dari perancangan 3 tema tersebut akan menciptakan pertumbuhan yang lebih optimal, tidak hanya bertumbuh tetapi juga memberikan manfaat yang lebih luas dan tentunya mampu mewujudkan Indonesia menjadi pusat ekonomi digitalisasi.
Sumber gambar: Liputan6.com
Penulis:
Refi Agustina