Resesi Mengancam! Bisnis Apa Yang Akan Bertahan?

Adanya asumsi bahwa ekonomi akan mengalami resesi yaitu kondisi ketika suatu negara mengalami perlambatan ekonomi yang ditandai dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja  (PHK), meningkatnya angka pengangguran dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Hal ini bukan hanya terjadi di negara-negara besar seperti di Amerika Serikat dan Eropa, Indonesia juga bisa terdampak resesi ekonomi. Namun bagi Indonesia yang akan terkena dampaknya dalam sektor ekternalnya bukan dari internalnya. Serta adanya resesi ekonomi juga menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Tentu saja, akan mengalami dampak buruk bagi masyarakat yang memiliki bisnis, terutama bisnis UMKM. Di tengah upaya untuk bangkit dari perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak pandemi, ancaman resesi ekonomi kembali hadir di depan mata.

Dikutip dari kompas.com menurut World Economy Forum menyatakan bahwasannya penyebab resesi yang mengancam mulai tahun 2023 mendatang karena terjadinya peningkatan inflasi yang signifikan, serta penurunan upah riil yang konsisten. Banyak negara akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan, bahkan menurun signifikan. Hal serupa sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwasannya studi Bank Dunia mengenai pengetatan kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara akan memicu adanya resesi tahun 2023.

Lalu, dikutip dari bps.go.id  menurut Margo Yuwono selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)  mengatakan bahwasannya, terdapat tujuh sektor yang masih tumbuh secara tahunan atau year on year. Ketujuh sektor tersebut yakni informasi dan komunikasi, pertanian, perdagangan, jasa pendidikan, industri logam dasar, jasa kesehatan, serta sektor industri pengolahan. Sektor kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh mencapai 7,12%, informasi dan komunikasi tumbuh 5,72%, disusul sektor industri pengolahan 17,88%. Adapun sektor pertanian tumbuh 12,91%, industri logam dasar tumbuh 20,16%, industri alat angkutan tumbuh 10,26%, dan perdagangan tumbuh 12,74%.

Namun, adanya polemik yang menyebabkan suatu ekonomi mengalami keburukan di samping itu, ada peluang bisnis yang akan tetap bertahan yaitu pertama dari sektor bisnis makanan dan minuman dikutip dari tempo.co menurut Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) mengatakan bahwasannya, sektor usaha yang bertahan di tengah resesi adalah makanan dan minuman atau FnB (Food and Beverage). Pasalnya, sektor ini berkaitan dengan kebutuhan dasar sehingga relatif imun terhadap resesi. Tetapi, FnB yang berbasis panganan lokal bisa lebih bertahan dibanding makanan yang berasal dari bahan impor. Sebab resesi dapat berimbas pada terhambatnya pasokan komoditas impor. Hal senada diungkapkan oleh David Sumual selaku Kepala Ekonom Bank BCA, bahwa sektor konsumsi seharusnya tetap konsisten. Karena prospek bisnis makanan dapat dilihat menarik dari sisi harga dan permintaan. Bukan diakibatkan adanya ancaman krisis pangan. 

Kedua dari sektor bisnis perawatan wajah dan kosmetik karena resesi justru membuat masyarakat lebih memperhatikan penampilan tubuhnya. Dengan didukung oleh kinerja industri kosmetik tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di negara lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per kuartal I 2020, pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional termasuk kosmetik tumbuh 5,59%, riset e-commerce market insight pada tahun 2021 menunjukkan perawatan kecantikan mengungguli transaksi penjualan di e-commerce sebesar 46,8 persen. Nilai transaksi kategori perawatan di pasar online sudah menembus Rp 40 miliar.

Ketiga dari sektor konsultasi atau perencana keuangan. Tentunya, selama resesi harga barang kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan, serta harus mempunyai planning keuangan secara tepat, maka dibutuhkan adanya solusi dalam pengelolaan uang tersebut, jadi untuk sektor bisnis sebagai konsultasi atau perencana keuangan tetap akan bertahan serta menjadi ramai dibutuhkan bagi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengelola keuangan yang dimiliki dapat bisa bertahan dalam jangka panjang terhadap keuangan tersebut, serta meningkatkan produktivitas seperti menggunakan adanya program 50% 30% 20% yaitu 50% untuk membeli kebutuhan, seperti membeli kebutuhan pokok untuk makan, perabotan, dll, 30% untuk investasi mengutamakan adanya keuntungan dalam berinvestasi jangka panjang yang menguntungkan dan yang terakhir 20% membeli apa yang kita inginkan seperti membeli tas branded, travelling dll.

Keempat dari sektor konsultasi psikologis atau mental health. Sektor ini sangat dibutuhkan karena badai layoff perekonomian yang terjadi mengakibatkan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sebuah perusahaan yang akan berdampak bagi orang mengalami stres dalam pengangguran. Serta banyak kasus perceraian di masyaratkat karena didasari perekonomian yang tidak mampu menyesuaikan harga yang serba tinggi ini.

Lalu, yang terakhir kelima dari sektor freelance. Seperti freelance design logo, pamflet, brosur, dan pembuatan vidio after effects, motion graphics, dll. Apalagi dunia sekarang terhadap teknologi semakin lama semakin canggih, pastinya hal semacam ini akan tetap bertahan walaupun ekonomi mengalami resesi. Tentunya, mengoperasikan fitur teknologi akan ramai dibutuhkan bagi perusahaan. Serta adanya ide kreatif dalam berinovasi untuk memunculkan suatu produk yang akan menghasilkan cuan yang besar.


Penulis : Fariz Adhica (Kader Forshei 2021)