Pengaruh Childfree Ditinjau dari Aspek Ekonomi Negara di Indonesia

 


Saat   ramai diperbincangkan mengenai masalah childfree atau bebas anak. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan, salah satunya para ekonom di Indonesia. Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Dyah Wulansari mengatakan bahwa childfree memiliki pengaruh dalam perkembangan ekonomi. Terdapat pengaruh positifnya tetapi pengaruh negatifnya juga kian mengiringi. 

Salah satu fenomena yang sudah sering kita dengar jika dilihat dari sisi demografinya adalah kurangnya SDM di suatu negara tersebut yang membuat pemerintah memberikan insentif demi mendorong warganya untuk memiliki anak. Angka kelahiran yang rendah dalam jangka panjang menyebabkan krisis SDM serta berkurangnya penduduk yang berusia produktif dan akan memengaruhi perkembangan ekonomi sebuah negara.

Jika tidak ada penerus dalam suatu negara, pertumbuhan ekonomi akan semakin melemah karena negara hanya memiliki penduduk yang berusia nonproduktif. Tentunya jika hal tersebut terjadi di Indonesia maka negara akan banyak menanggung seluruh kehidupan penduduk usia tua. Namun, disisi lain pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali atau terlalu cepat juga akan meningkatkan modal tenaga kerja tapi juga bisa menciptakan modal untuk calon pengangguran jika jumlah lapangan pekerjaan timpang dengan jumlah penduduknya. Keputusan childfree bisa juga berdampak positif jika diterapkan untuk mengurangi risiko pengangguran. 

Berdasarkan data yang tercantum pada Pusat Badan Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2022 diproyeksikan sebesar 275.773,8 juta jiwa. Sedangkan tahun 2021 berjumlah 272.682,5 juta jiwa yang artinya pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan. Jika dilihat dari kondisi tersebut childfree bisa menjadi salah satu upaya mengurangi laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Namun, jika childfree ini terus berkembang dan para pelopor penganut childfree semakin berani menunjukkan eksistensinya serta diikuti oleh banyak orang tentu saja akan berdampak buruk untuk perekonomian di masa mendatang.

Kurangnya penduduk usia produktif dan para pekerja yang sudah memasuki usia non produktif akan mendorong rendahnya tingkat produktivitas suatu negara. Masyarakat akan kehilangan pekerjaan karena usianya, sehingga akan berakhir dengan rendahnya tingkat pendapatan dibarengi dengan rendahnya tingkat produksi barang dan jasa. Kejadian tersebut mengakibatkan perputaran ekonomi negara bisa tersendat bahkan terancam berhenti. Kondisi seperti ini akan berpengaruh besar pada laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Dampak lain yakni hilangnya penerus bisnis para pencipta lapangan kerja. Walaupun bisa jadi keturunan mereka tidak mau meneruskan bisnis, tetapi bisa menjadi kemungkinan bahwa mereka ingin menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang sesuai dengan passion. Jika childfree terus berkembang dan penerus para pencipta lapangan pekerjaan tidak ada, maka kemungkinan besar yang akan terjadi bisnis tersebut ditutup dan mengurangi jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika childfree ini menjadi tren dan berakhir menjadi panutan banyak orang maka akibatnya generasi penerus di Indonesia semakin berkurang, produktivitas berkurang, lapangan pekerjaan yang mulai hilang, peningkatan ketergantungan karena banyaknya usia tua atau nonproduktif, dan perekonomian negara yang tersendat bahkan terancam berhenti. Untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dapat diatasi dengan pemberian edukasi sejak dini dan mengikuti program pemerintah yang biasa disebut Keluarga Berencana (KB).

Referensi :

https://www.canva.com/

https://kumparan.com/sindy-wahyu-1676620212224722963/childfree-dan-nasib-perekonomian-indonesia-1zqwpF7ORsR  

https://republika.co.id/amp/rq127j490