Risiko Geopolitik Global dan Tantangan Baru bagi Perekonomian Indonesia di Tengah Ketegangan Iran–Israel
Ketegangan antara Iran dan Israel yang meningkat sejak awal 2025 menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi ketidakpastian global saat ini. Konflik tersebut tidak hanya berdampak pada kawasan Timur Tengah secara langsung, tetapi juga menciptakan gelombang risiko ekonomi yang meluas ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam konteks global yang saling terhubung, perang berskala regional dapat mengganggu pasokan energi, meningkatkan harga komoditas, serta mengguncang stabilitas pasar keuangan dunia. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana risiko geopolitik ini dapat menjadi tantangan baru bagi perekonomian Indonesia.
Indonesia, meskipun merupakan negara penghasil energi, tetap bergantung pada impor minyak mentah dan produk olahan minyak. Ketegangan antara Iran dan Israel telah memicu kekhawatiran akan terganggunya distribusi minyak dari Timur Tengah—wilayah yang selama ini menjadi pemasok utama minyak dunia. Lonjakan harga minyak dunia menjadi salah satu konsekuensi langsung dari konflik ini. Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak berarti peningkatan beban subsidi energi, terutama bahan bakar minyak (BBM) yang masih digunakan secara luas oleh masyarakat.
Jika harga minyak terus melonjak di atas USD 100 per barel, beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan meningkat secara signifikan. Pemerintah mungkin harus memilih antara menambah subsidi energi atau menaikkan harga BBM dalam negeri—dua pilihan yang sama-sama membawa risiko ekonomi dan sosial.
Kenaikan harga energi akan berdampak langsung pada inflasi domestik. Biaya transportasi dan produksi barang pokok berpotensi naik, sehingga daya beli masyarakat akan tertekan. Inflasi yang tinggi, khususnya pada kelompok makanan dan transportasi, bisa mengurangi konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tekanan ini terutama dirasakan oleh kelompok pendapatan menengah ke bawah, yang proporsi pengeluarannya untuk kebutuhan dasar sangat tinggi.
Di tengah tantangan tersebut, peran kebijakan ekonomi menjadi sangat penting. Pemerintah perlu memperkuat cadangan energi nasional, baik melalui peningkatan produksi dalam negeri maupun diversifikasi sumber impor energi. Selain itu, perlu ada kebijakan fiskal yang fleksibel untuk merespons lonjakan harga energi tanpa mengganggu kesinambungan APBN. Dari sisi moneter, Bank Indonesia harus terus menjaga stabilitas nilai tukar dengan tetap waspada terhadap risiko eksternal. Koordinasi antara pemerintah dan otoritas moneter sangat dibutuhkan agar respons kebijakan tidak saling bertentangan dan dapat memberikan kepastian bagi pelaku ekonomi.
Konflik Iran–Israel adalah pengingat nyata bahwa perekonomian Indonesia tidak terlepas dari dinamika global. Risiko geopolitik seperti ini bisa menjadi tekanan eksternal yang kuat terhadap stabilitas ekonomi domestik. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat fondasi ekonominya agar lebih tahan terhadap guncangan global, termasuk melalui diversifikasi energi, penguatan sektor produksi dalam negeri, dan peningkatan ketahanan fiskal. Dalam menghadapi tantangan ini, sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Referensi
https://www.tempo.co/ekonomi/dampak-ekonomi-perang-iran-israel-1715618
https://www.antaranews.com/berita/4068537/menakar-rambatan-dampak-konflik-iran-israel-terhadap-ekonomi-ri?utm
https://tirto.id/menilik-dampak-konflik-israel-iran-bagi-perekonomian-indonesia-gXSg?utm