Semarang, 20 Mei 2025
Dalam rangka memperingati hari lahirnya yang ke-17, Forum Studi Hukum Ekonomi Islam (FORSHEI) Universitas Islam Negri Walisongo menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Membuka Pintu Dunia: Peluang Emas Generasi Muda jadi Eksportir Produk Lokal ke Mancanegara.”
Acara ini menjadi momentum penting untuk mendorong peran generasi muda dalam mengembangkan produk lokal dan menembus pasar global.
Seminar dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka dengan pembacaan doa oleh saudari Evantia April Hertina, kader FORSHEI angkatan 2023. Kemudian dilanjutkan dengan Lagu Indonesia Raya dan Mars FORSHEI yang dinyanyikan bersama.
Ketua panitia, Muhammad Salman, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tema ini dipilih untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memahami aspek hukum dan ekonomi dalam ekspor produk lokal. “Tema ini diambil karna kami ingin membedah dan menyelaraskan pandangan hukum ekpor produk lokal ke mancanegara dengan dunia perekonomian indonesia,” ujarnya.
Ketua Umum FORSHEI, Muhammad Galih Abdurohman, turut menyampaikan makna usia 17 bagi organisasi ini. Ia mengibaratkan FORSHEI sebagai tanaman kecambah yang sedang tumbuh, dan membutuhkan *"pupuk"* berupa kualitas, semangat, dan kontribusi anggota untuk berkembang lebih baik di masa depan. “Mari kita pupuk bersama dengan ide dan kontribusi terbaik,” ujarnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Bp. Dr. Bambang Pramusinto. S.H., S.IP., M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, dalam sambutannya berharap agar mahasiswa tidak hanya mengincar pekerjaan setelah lulus, melainkan mampu menjadi pengusaha muda yang mampu membuka peluang ekspor dan menyerap tenaga kerja. “Kita butuh lebih banyak pelaku usaha dari kalangan muda,” tegasnya.
Keynote kedua, Dr. A.P. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si., menyampaikan kondisi terkini perekonomian Jawa Tengah, terutama potensi sektor ekspor yang terus tumbuh. Ia mendorong agar mahasiswa turut aktif dalam upaya pengembangan ekonomi daerah melalui literasi dan inklusi ekonomi syariah. “Kita punya peluang besar di sektor produk halal dan syariah yang harus digarap sejak dini,” ungkapnya.
Pemateri utama, Bestian Turidobroto, S.T., M.M., memaparkan tantangan dalam mencetak eksportir muda. Ia menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan lahirnya eksportir baru setiap tahun, namun tantangan di lapangan cukup kompleks. “Bakat harus diasah. Tanpa pasar yang jelas, ekspor tidak akan berjalan efektif,” ujarnya. Ia juga mengajak mahasiswa untuk menggali potensi lokal di daerah masing-masing sebagai bahan baku inovasi produk yang bisa diekspor.
Selain itu, dibahas juga strategi peningkatan kualitas produk lokal agar mampu bersaing secara global. Inovasi dan pendampingan dari pemerintah maupun lembaga swasta menjadi kunci dalam keberhasilan bisnis ekspor. “Produk yang monoton akan kalah di pasar internasional. Kita butuh ide segar dan panduan teknis,” tambah Bestian.
Seminar ditutup dengan sesi diskusi interaktif, di mana mahasiswa aktif bertanya seputar peran mereka dalam ekspor, tantangan yang dihadapi, dan strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan produk lokal. Para pembicara menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan dukungan berkelanjutan untuk menciptakan ekosistem ekspor yang kuat.
Dengan terselenggaranya SEMNAS ini, FORSHEI berharap dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya paham teori ekonomi dan hukum, tetapi juga siap menjadi pelaku aktif dalam pertumbuhan ekonomi nasional melalui jalur ekspor produk lokal.